Senin, 25 Mei 2015

TUGAS FINAL PERENCANAAN PENDIDIKAN



A.      PENTINGNYA PERENCAAN DALAM  PENDIDIKAN
Pada perkembangan pendidikan modern yang berorientasi untuk membantu merealisasikan masyarakat baru yang beradab, maka perencanaan semestinya harus mengacu kepada karakteristik sebagai berikut; mempunyai pandangan jangka pendek yang berlaku hanya pada anggaran berikutnya (tahunan), fragmentatif; yakni bagian-bagian direncanakan sendiri-sendiri atau terpisah, tidak terintegrasi, dalam arti bahwa lembaga itu direncanakan tanpa memperlihatkan kebutuhan dan keinginan masyarakat serta ekonomi pada umumnya dan tidak dinamis; yakni model pendidikan yang statis dalam satu tahun.
Berangkat dari realitas bahwa kurang lebih 25 tahun (1945-1970) system pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi, social, ekonomi dan politik. Akibatnya perkembangan tersebut memberikan tekanan yang sangat berat dalam masalah pendidikan, terutama dalam masalah perencanaan. Pengelola lembaga dituntut harus memikirkan tenaga kerja, melakukan seleksi dalam penerimaan siswa baru yang sangat bijaksana, fasilitas yang memadai, mempersiapkan lulusan yang sesuai dengan pola kehidupan kemasyarakatan yang berkembang.
Oleh karena itulah maka perencanaan dipandang sangat penting bagi suatu lembaga pendidikan ;
  1. Dengan adanya perencanaan diharapkan suatu kegiatan dapat tumbuh dan terarah, karena pelaksana kegiatan memiliki pedoman yang jelas untuk tercapainya suatu tujuan.
  2. Dapat melakukan perkiraan, terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang dilalui, yang mencakup potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan, hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin diahadapi, sehingga ketidakpastian dapat dibatasi sedini mungkin.
  3. Dapat memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang cara yang terbaik untuk memilih kombinasi cara yang terbaik.
  4. Dapat menentukan skala prioritas dan memilih urutan-urutan dari pertimbangan tingkat kepentinganya, sasaran maupun kegiatan usahanya.
  5. Dengan adanya perencanaan, maka akan ada suatu alat ukur atau standar untuk mengadakan pengawasan atau evaluasi kinerja usaha yang dilakukan.
B.     TAHAP-TAHAP PERENCAAN DALAM PENDIDIKAN
1.      Pengumpulan dan pengolahan data, perkembangan pendidikan pada masa sekarang sangat perlu diketahui dan dipahami secara jelas oleh perencana pendidikan karena gambaran keadaan itu akan dijadikan dasar untuk penyusunan perencanaan pendidikan. Langkah pertama mengidentifikasi jenis data yang diperlukan.
2.      Jenis data yang dikumpulkan  berkenaan dengan sistem pendidikan, baik data kuantitatif, data sarana dan prasarana , keadaan penduduk, geografi dan lapangan kerja.
3.      Diagnosis, data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis. Menganalisis data merupakan proses untuk menghasilkan suatu informasi. Mendiagnosis keadaan pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan hasil pendidikan, termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum dilaksanakan. Dalam mendiagnosis keadaan pendidikan dipergunakan kriteria-kriteria seperti relevansi, efektifitas dan efesiensi.
4.      Perumusan kebijakan, merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa-apa yang akan dijadikan keputusan oleh orang lain. Suatu kebijakan di bidang pendidikan dirumuskan secara melembaga oleh pemerintah dengan melibatkan instansi-instansi terkait. Biasanya kebijakan pendidikan sudah dituangkan dalam repelita. Para perencana pendidikan tetap memegang peranan penting terutama dalam memberikan nasehat teknis dalam perumusan kebijakan.
5.      Perkiraan kebutuhan masa depan, perencanaan pendidikan harus mampu memperkirakan kebutuhan masa depan, sehingga rencana yang lengkap dapat disusun.
6.      Perhitungan biaya, menghitung untuk semua kebutuhan yang sudah diidentifukasikan di masa datang. Perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan satuan biaya atau standardisasi harga yang berlaku untuk setiap kelompok kebutuhan dengan memperhatikan fluktuasi harga.
7.      Penetapan sasaran, para perencana pendidikan meneliti sasaran-sasaran pendidikan untuk masa yang akan datang. Dari sasaran itu ditetapkanlah dana untuk masing-masing tingkatan sekolah.
8.      Perumusan rencana, perencanaan yang disusun pada dasarnya ditujukan untuk, mnyajikan serangkaian rancangan keputusan untuk disetujui dan menyediakan pola secara matang.
9.      Perincian rencana, rencana yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara, yaitu penyusunan program dan identifikasi serta perumusan proyek. Penusunan program adalah membagi-bagikan rencana kedalam kelompok kegiatan. Setiap kegiatan dalam kelompok ini harus saling menunjang, dan meuju tujuan yang sama.
10.  Implementasi rencana, fase ini sudah sampai pada pelaksanaan rencana yang disusun. Implementasi ini mulai dilakukan apabila masing-amasing proyek yang diusulkan sudah disahkan. Oleh karena itu kerangka organisasi untuk berbagai proyek dikembangkan berdasarkan biaya tahunan. Disamping itu dikembangkan rencana operasionalnya sepefrti pendelegasian wewenang, penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan balik dan pengawasannya.
11.  Evaluasi rencana, dapat dikatakan sebagai kegiatan akhir dari proses perencanaan sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan dengan kemajuan/perkembangan dan penemuan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang dilakukan juga bermanfaat untuk melihat rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan.
12.  Revisi rencana, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi rencana. Revisi bertujuan untuk memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu (rencana yang sudah dilaksanakan)      
C.    ANALISIS SWOT SMP NEGERI 2 WATAMPONE DALAM BENTUK TABLE MATRIKS

IFAS




       EFAS
STRENGTHS (S)
· Motivasi guru dan siswa
· Fasilitas perpustakaandan laboratorium
· Hubungan yang baik antara guru dengan guru ataupun guru dengan siswa
· Pendekatan, metode mengajar guru yang bervariasi
· Pembiyaan
WEAKNESSES (W)
·    Rekrutmen guru dan staff
·    Keadaan Guru
·    Penerimaan siswa Baru/pindahan
·    Jamsostek
·    Gedung Sekolah
OPPORTUNITY (O)
·  Dukungan pemerintah daerah dalam melengkapi sarana dan prasarana
·  Kesesuaian sarana dan prasarana sekolah dengan tuntutan potensi daerah dan per-kembangan IPTEK serta IMTAQ
·  Tuntutan masyarakat  terhadap lulusan yang berkualitas
· Sponsor/perusahaan/yayasan
·  Dukungan orang tua tinggi
STRATEGI SO
· Terus memotivasi guru dan siswa dalam KBM dengan Dukungan pemerintah dalam melengkapi sarana prasarana
· Terus melanjutkan hubungan baik  guru dan siswa di iringi dengan IMTAQ dan IPTEK .
· Terus melakukan pendekatan dan metode mengajar yang bervariasi dan berinovasi dalam mengajar agar terus akan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
STRATEGI WO
·  Diharapkan kepada pemerintah untuk tidak hanya memperhatikan sarana dan prasarana tetapi pengadaan tenaga pengajar yang Mumpuni juga.
·  Adanya kemampuan orang tua siswa untuk pembiyaaan sekolah yang lumayan mahal dapat dijadikan donatur dalam hal perbaikan perbaikan gedung sekolah
THREATS (T)
·  Lembaga pendidikan sejenis
·  Lingkungan sosial sekolah
·  Pusat Berbagai kegiatan
·  Persaingan masuk SMP negeri
·  Kemajuan Teknologi Komputer dan Informatika
STRATEGI ST
·   Selalu berusaha dan bekerja keras untuk menjadi yang terbaik di segala bidang baik itu guru, siswa dalam rangka persaingan dengan sekolah lain.
·   Terus berkreatifitas dan berinovasi dalam KBM .
STRATEGI WT
· Menerima tenaga guru dengan fair melalu tes masuk jika ingin bersaing dengan dunia luar, baik segi TIK, lulusan dan ekstrakurikuler, skarean kualitas guru adalah cerminan kualitas Siswa.

D.     SARAN-SARAN DARI ANALISIS SWOT DIATAS :
a)      Terus memotivasi guru dan siswa dalam KBM dengan Dukungan pemerintah dalam melengkapi sarana prasarana di sekolah.
b)      Terus melanjutkan hubungan baik  guru dan siswa di iringi dengan Iptek dan Imtaq .
c)      Terus melakukan pendekatan dan metode mengajar yang bervariasi dan berinovasi dalam mengajar agar terus akan menghasilkan lulusan yang berkualitas
d)     Diharapkan kepada pemerintah untuk tidak hanya memperhatikan sarana dan prasarana tetapi pengadaan tenaga pengajar yang Mumpuni juga.
e)      Adanya kemampuan orang tua siswa untuk pembiyaaan sekolah yang lumayan mahal dapat dijadikan donatur dalam hal perbaikan
f)       Selalu berusaha dan bekerja keras untuk menjadi yang terbaik di segala bidang baik itu guru, siswa dalam rangka persaingan dengan sekolah lain.
g)      Sebaiknya kekuatan yang ada di lembaga pendidikan di gunakan untuk meminimalisir kelemahan yang ada di lembaga tersebut.
h)      Sebaiknya ancaman yang ada di lembaga pendidikan dapat di hilangkan untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan.

E.     MANFAAT ANALISIS SWOT TERHADAP LEMBAGA PENDIDIKAN
·         Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
·         Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga
·         Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan
·         Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita
·         Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain
·     Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan para pesaingnya
·      Sebagai umpanbalik dalam mempertajam rumusan misi, dasar perumusan tujuan yang rasional dan menjadi acuan dalam menyusun strategi
·    Sencana kegiatan dilakukan dengan menganalisis lingkungan Internal dan Eksternal. Kemudian dilanjutkan dengan tahap perumusan tujuan, sasaran yang rasional,penyusunan strategi, program dan kegiatan yang tepat dilakukan.
·   Untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan  dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman.
·     Jika digunakan dgn benar, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yg terlupakan atau tidak terlihat selama ini.

Rabu, 20 Mei 2015

KARAKTERISTIK PERENCANAAN PENDIDIKAN



KARAKTERISTIK PERENCANAAN PENDIDIKAN
A.  Definisi perencanaan pendidikan
Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen, antara lain :
1.    Prof. Dr. Yusuf Enoch berpendapat bahwa perencanaan pendidikan  adalah suatu proses yang mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.
2.    Beeby, C.E. berpendapat bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik untuk mengembangkan potensi sistem pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem tersebut.
3.    Guruge (1972), berpendapat bahwa perencanaan pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
4.    Albert Waterson (Don Adam 1975), berpendapat bahwa perencanaan pendidikan adalah investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
5.    Coombs (1982), berpendapat bahwa perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional, dianalisis, sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.
6.    Y. Dror (1975), berpendapat bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan sosial secara menyeluruh dari suatu Negara.
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat tersebut, adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.[1]

B.  Karakteristik perencanaan pendidikan
Perencanaan sistem pendidikan merupakan suatu proses rasional, menaruh kepedulian terhadap tujuan (goals), alat (means), hasil (ends), proses dan control. Perencanaan sistem pendidikan merupakan suatu konsep yang dinamis, diramu dari kerangka teoritik sibernetik, yaitu perpaduan ilmu komunikasi dan pengendalian. ciri-ciri dari perencanaan pendidikan, yaitu:
1.    Perencanaan pendidikan adalah suatu  proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisa, merumuskan dan menimbang serta memutuskan, keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat azas) internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan. Dan ada tidak harus satu kegiatan mendahului dan didahulukan oleh kegiatan lain.
2.    Perencanaan pendidikan selalu memperhatikan masalah, kebutuhan, situasi, dan tujuan kebutuhan, keadaan perekonomian, keperluaan penyediaan dan pengembangan tenaga kerja bagi pembangunan nasional serta memperhatikan faktor-faktor sosial dan politik merupakan aspek dari perencanaan pembangunan yang menyeluruh.
3.    Tujuan dari perencanaan pendidikan adalah menyusun kebijaksanaan dan menggariskan strategi pendidikan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah (menyusun alternatif dan prioritas kegiatan) yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa yang akan datang dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan pendidikan.
4.    Perencanaan pendidikan sebagai perintis atau pelopor dalam kegiatan pembangunan harus bisa melihat jauh ke depan bersifat inovatif, kuantitatif dan kualitatif.
5.    Perencanaan pendidikan selalu memperhatikan faktor ekologi (lingkungan).
Dengan demikian, Perencanaan Pendidikan dalam pelaksanaannya tidak dapat diukur dan dinilai secara cepat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya dalam kegiatan atau bidang pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut kepentingan nasional. Hal ini tentu dapat dengan mudah dimengerti karena pendidikan adalah suatu kegiatan pranata sosial yang hasilnya baru dapat diukur dan dinilai dalam waktu yang relatif lama, kecuali dalam jenjang pendidikan tertentu, seperti halnya jenis pendidikan tinggi atau jenis pendidikan tertentu, seperti halnya jenis pendidikan latihan atau penataran yang bersifat profesional.
Karakteristik perencanaan pendidikan ditentukan oleh konsep dan pemahaman tentang pendidikan. Pendidikan mempunyai ciri unik dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dan mempunyai ciri khas karena yang menjadi garapannya adalah manusia.[2]
Agar karakteristik perencanaan sistem pendidikan dapat dipahami dan dilakukan dengan benar dan tepat, para perencana sistem pendidikan menurut Baghart dan Trull (1973) mutlak harus memiliki tiga kemampuan pengetahuan khusus yang meliputi :
1.    Pemahaman metode ilmiah kontemporer ( mutakhir) dan kemampuan menggunakan metode ilmiah tersebut.
2.    Pengetahuan mengenai perbandingan berbagai sistem nilai agar mampu menyajikan keputusan yang rasional mengenai tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat.
3.    Pemahaman kaidah kontinuitas dan diskontinuitas, kecenderungan, dan arah berbagai perubahan dalam kehidupan manusia dan masyarakatnya.
Karakteristik perencanaan pendidikan ditentukan oleh konsep dan pemahaman tentang pendidikan. Pendidikan mempunyai ciri unik dalam kaitannya dengan pembangunan nasional serta mempunyai ciri khas karena yang menjadi muara garapannya adalah manusia. Berangkat dari hal tersebut di atas, dapat di tarik benang merah tentang karakteristik  perencanaan pendidikan yakni meliputi :
1.    Perencanaan pendidikan harus mengutamakan nilai manusiawi, karena pendidikan merupakan proses membangun manusia yang harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
2.    Perencanaan pendidikan harus dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi peserta didik.
3.     Perencanaan pendidikan harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada peserta didik.
4.     Perencanaan pendidikan dibuat secara sistematis dan komperhensif, dalam artian disini adalah tidak praktikal atau segmentaris tapi menyeluruh dan terpadu serta disusun secara logis dan rasional serta mencakup berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
5.    Perencanaan pendidikan harus berorintasi pada pembangunan, disini artinya program pendidikan haruslah ditujukan untuk membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh berbagai sektor pembangunan.
6.    Perencanaan pendidikan harus menggunakan SDM secermat mungkin.
7.    Perencanaan pendidikan berorientasi pada masa depan, karena pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk menghadapi masa depan.
8.     Perencanaan pendidikan haruslah responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat.
9.    Perencanaan pendidikan haruslah merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga terjadi pembaharuan secara terus menerus.[3]
Sedangkan Banghart, F.W and Trull, A. 1990; Tilaar.H.A.R. 1998; Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007) mengemukakan ciri-ciri (karakteristik) suatu perencanaan pendidikan antara lain, perencanaan pendidikan harus:
1.    Berorientasi pada visi, misi kelembagaan yang akan diwujudkan.
2.    Mempunyai tahapan program jangka waktu tertentu (jangka pendek, menengah dan panjang) yang akan dicapai secara berkesinambungan.
3.    Mengutamakan nilai-nilai manusiawi, kerena pendidikan itu membangun manusia yang berkualitas, yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakatnya.
4.    Memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara maksimal.
5.    Komprehensif dan sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentasi tetapi menyeluruh, terpadu (integral) dan disusun secara logis, rasional serta mencakup berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
6.    Diorientasikan untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yang sanggup mengisi berbagai sektor pembangunan.
7.    Dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis
8.    Menggunakan sumber daya (resources) internal dan eksternal secermat mungkin.
9.    Berorientasi kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk menghadapi berbagai persoalan di masa depan.
10.     Responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat dan bersifat dinamik.
11.     Merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan, sehingga proses  pembaharuan pendidikan terus berlangsung dengan baik.[4]
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perencanaan pendidikan adalah sebagai berikut:
1.    Perencanaan pendidikan harus fleksibel karena perencanaan pendidikan dapat disesuaikan dengan situasi dan tingkat perkembangan pendidikan.
2.    Perencanaan pendidikan harus memperhatikan kebutuhan murid.
3.    Perencanaan pendidikan harus bersifat menyeluruh dalam proses pengelolaan  pendidikan.
4.    Perencanaan pendidikan harus memandang ke masa depan dengan berpedoman pada masa yang lalu.
5.    Perencanaan pendidikan harus memperhatikan komponen yang ada dalam pendidikan.[5]

C.  Karakteristik Perencanaan Pendidikan Sebelum Perang Dunia II
Perencanaan pendidikan sebelum Perang Dunia II di beberapa tempat memiliki cirri khas. Umumnya belum kompleks dan belum melibatkan keseluruhan hidup suatu bangsa, yang ditandai dengan ciri-ciri:
1.    Mempunyai pandangan jangka pendek yang berlaku hanya sampai anggaran berikutnya (menggunakan sistem perencanaan tahunan).
2.    Fregmentaris, yakni bagian-bagian direncanakan sendiri-sendiri atau terpisah-pisah.
3.    Tidak terintegrasi dalam arti bahwa lembaga pendidikan itu direncanakan tanpa memperhatikan kebutuhan dan keinginan masyarakat serta ekonomi pada umumnya.
4.    Tidak dinamis, model pendidikan statis, ciri-cirinya tidak berubah dari tahun ke tahun.
Lebih kurang selama 25 tahun (1945-1970) sistem pendidikan di seluruh dunia sangat diperngaruhi oleh adanya perubahan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, ekonomi dan politik. Perkembangan itu memberikan tekanan dalam masalah pendidikan  yang jauh lebih berat dan semuanya itu harus dihadapi. Mereka telah berhasil mengatasi masalah-masalah tersebut, tetapi manajemen dan perencanaan sebagai alatnya telah terbukti sangat kurang tepat untuk situasi baru ini. Secara jujur pula harus mengagumi bahwa mereka telah berhasil menghadapi ketegangan-ketegangan dan kegagalan, serta lebih dapat dimengerti bahwa dengan ujian pengalaman yang seberat itu suatu bentuk perencanaan yang baru akan menjadi sangat penting, sebagai ciri utama yang harus dimilikinya.
Terjadinya Perang Dunia II telah mengakibatkan kekacauan dalam sistem pendidikan dibeberapa Negara terutama Inggris, Prancis, Rusia dan beberpa Negara di Eropa Barat. Kebanyakan Negara mengiginkan kembali kepada sistem pendidikan yang normal seperti sebelum perang. Beberapa masalah mereka hadapi, pembangunan sekolah yang tertunda untuk memenuhi para vetran yang kembali, masalah tenaga kerja dan SDM yang dituntut untuk memenuhi kebutuhan ekonomi serta masalah peningkatan jumlah murid yang timbul oleh factor kependudukan. Maka untuk mengatasi masalah tersbut dengan sistem perencanaan pendidikan yang konvensional saja tidak dapat tugas intruksinya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang kompleks dan mempunyai pandangan yang jauh ke depan, dan mengadakan pemeriksaan yang teliti pada kondisi dan akibat-akibat ekonominya dari suatu masyarakat.
Kini parah ahli ekonomi barat melihat pendidikan tidak dipandang sebagai sektor yang bersifat konsumtif dan tidak produktif yang menyerap penggunaan biaya (nilai ekonomis), tetapi memandangnya sebagai suatu investasi atau penanaman modal yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi, sehingga dengan menggunkan lebel baru ini pendidikan menuntut anggaran nasional secara lebih efektif. Untuk memenuhi tuntutan ini para pendidik dan para perencana harus memikirkan tenaga kerja, merencanakan dan menguasai penerimaan murid kemudian output lulusan atau hasil supaya sesuai dengan pola kemasyarakatan yang telah dibenarkan oleh para ahli ekonomi dan pengambilan keputusan (decision maker).[6]










DAFTAR PUSTAKA
Sa’ud Udin Syaefuddin  dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan,Cet.4;Bandung:PT Remaja Offset,2009
http://tkampus.blogspot.com/2012/01/perencanaan-pendidikan.html
http://gadogadozaman.blogspot.com/2013/06/konsep-perencanaan-pendidikan.html http://putraews.blogspot.com/2012/06/ciri-ciri-perencanaan-pendidikan.html


[1]Tkampus, http://tkampus.blogspot.com/2012/01/perencanaan-pendidikan.html, di akses pada tanggal 8 april 2015.
[4] Gadogadozaman, http://gadogadozaman.blogspot.com/2013/06/konsep-perencanaan-pendidikan.html di akses pada tanggal 8 april 2015.
[5] Putraews, http://putraews.blogspot.com/2012/06/ciri-ciri-perencanaan-pendidikan.html, di akses pada tanggal 8 april 2015.
[6] Udin Syaefuddin Sa’ud dan Abin Syamsuddin Makmun,Perencanaan Pendidikan,(Cet.4;Bandung:PT Remaja Offset,2009),h.31